Meski terlahir di desa taklantas membuat Wiwik Astutik, 31 tahun, bersurut harapan dan cita-cita. Ia justru berkeinginan kuat untuk memajukan desanya. Melalui usaha anyaman bambu yg ia kelola bersama anggota kelompok usaha bersama (KUB) Sekar Wangi, wiwik berjuang mewujudkan keinginan tersebut. “Semua berawal dari adanya program Community Learning Group yang dibawa oleh STAPA Center. Program tersebut mengajak kami ibu-ibu petani tembakau untuk berkreasi dengan memanfaatkan potensi yang kami punya menjadi bermanfaat dan lebih memiliki nilai ekonomis.” jelas Wiwik. “Dengan demikian kami dapat membantu pendapatan keluarga yang selama ini bergantung penuh pada tembakau”. Wiwik menambahkan.
Di bawah KUB Sekar Wangi yang beralamat di Desa Jatisari Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang, Wiwik dan kelompoknya membuat berbagai jenis anyaman dari bambu yang keberadaannya memang melimpah di desanya. “Kalau bambunya sih memang melimpah mas, cuman untuk beberapa bahan terutama pemutih, kami harus mendatangkannya dari luar daerah.” Ujar Wiwik. Pengerjaan produk dibagi dalam beberapa bagian, ada yang khusus mengerat bambu, ada yang mewarnai dan ada yang menganyam. “Kebersamaan tersebut terwujud dalam proses pengerjaan produk, kami memang membaginya dalam beberapa bagian agar semua merasakan prosesnya bersama-sama.” tambah Wiwik.
Bebera pameran dan bazar telah diikuti oleh Wiwik, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Mulai dari bazar yang digelar oleh Pemerintah Kecamatan, Dinas-dinas sampai tingkat Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Wiwik dengan KUB Sekar Wanginya juga beberapa kali mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh PT. HM Sampoerna TBK. Mengenai suka duka mengikuti pameran, Wiwik mengisahkan” ya kalau dukanya kita sering mendapatkan pertannyaan kok mahal sih padahalkan Cuma dari bambu?. Pernah juga kita kalah bersaing dengan stan atau peserta yang lain yang kualitas produknya lebih bagus dari punya kita. Tapi yang pasti ini justru membuat kami termotivasi. “Kalau sukanya ya jelas pas produk kita laku semua, pulangnya juga enteng, ndak oyong-oyong barang” kenang Wiwik, senang.
Selain mengandalkan Pameran, saat ini Wiwik juga mulai memasarkan produknya melalui media sosial. Meski hanya tamatan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau setingkat SLTP, Wiwik takgagap teknologi. “Kami sudah melakukan pemasaran melalui Facebook dan BBM. Lumayan, hasilnya sudah banyak yang pesen melalui dua media sosial tersebut, meskipun masih lingkup Kabupaten Lumjang. Kami sangat berharap ada pembinaan terhadap kami kelompok UKM ini.” Harap Wiwik.
Wiwik kembali menegaskan bahwa yang dilakukannya selama ini bertujuan untuk lebih mengembangkan potensi yang ada di desanya. “Kami sangat berharap desa kami Jatisari yang kecil ini bisa dikenal banyak orang melalui anyaman bambunya. Pemerintah Kabupaten juga sangat mendukung. Produk kami sudah masuk dalam buku profil Kabupaten Lumajang yang dibuat oleh Pemkab dan dilaunching saat pelantikan Bupati Tahun 2015 yang juga dihadiri oleh Gubernur Jaw Timur.” Ungkap Wiwik.
You may also like
-
Tiga Desa di Kabupaten Pasuruan Ikuti Pelatihan Media Promosi Desa Wisata
-
Hadapi Persoalan Dinamika Desa Wisata, Sampoerna Untuk Indonesia Sasar Pegiat Desa Wisata Dalam Temu Wicara
-
JAMBORE Pokdarwis Kabupaten Pasuruan 2021
-
BENGKEL REMAJA: Pendekatan pada Pekerja Anak di Area Pertanian Tembakau di Jember
-
Yayasan Stapa Center Bantu APD Lengkap ke Pemprov Jatim