December 19, 2024

Pasang Surut Semangat Membangun Desa Wisata

“Bicara tentang Desa Wisata itu bisa diibaratkan hendak makan‘tumpeng’. Siapa saja yang berhak menikmatinya perlu diajak sinergi untuk saling mempersiapkan dan menghidangkannya” (Bung Ayik)

Kamis 13 September 2019, Yayasan Stapa Center, Bangil menggelar diskusi tentang pengembangan program desa wisata bersama salah satu pengelola Desa Wisata Kertosari (DWK), Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, bersama Arif H. Ayik (Bung Ayik) sebagai pemantik. Diikuti beberapa staff Yayasan Stapa Center dan pegiat desa wisata, diskusi digelar di aula Yayasan Stapa Center dan berlangsung selama dua jam secara gayeng dan santai.

Bung Ayik, orang biasa mengenalnya, merupakan salah satu inisiator pengembangan Desa Wisata Kertosari. Dimana Desa Wisata Kertosari lolos sebagai runner-up Wisata Desa Award Kabupaten Pasuruan tahun 2019. Dalam hal ini Desa Wisata Kertosari dinilai berhasil dalam pengelolaan, pengembangan dan pemasaran sebuah wisata desa.

Diskusi yang lebih banyak berkisah tentang membangun dan mengembangkan Desa Wisata Kertosari ini kian menarik dengan beberapa cerita dramatis perjuangan pemberdayaan masyarakat menuju visi sebuah desa wisata.

Bung Ayik, menceritakan jika keberadaan Desa Wisata Kertosari merupakan visi dari Pemerintah Desa Kertosari. Berawal dari sebuah Alas (hutan) Randu yang saat itu menjadi pusat kegiatan-kegiatan edukasi oleh sebuah komunitas pendidikan lingkungan sejak 2010. Lembaga yang keberadaannya merupakan pihak luar yang bekerjasama dengan Pemdes Kertosari tersebut ditadaklah cukup lama berkecimpung di Alas Randu yang belakangan disebut Randuwana. Karena pimpinan lembaga tersebut meninggal sekaligus aktifitasnya terhenti total  sejak 2011.

Melihat situasi yang menyebabkan kekosongan kegiatan ataupun aktifitas di Randuwana tersebut. Bung Ayik dan beberapa pemuda desa yang tergabung dalam wadah Karang Taruna Desa Kertosari mulai gelisah dan khawatir jika nantinya kondisi itu dimanfaatkan oleh orang luar baik itu secara personal maupun kelembagaan yang ingin memanfaatkan potensi Desa Kertosari

Atas inisiatif Bung Ayik dan Ketua Karang Taruna saudara Buhajar saat itu langsung bergerak. Menghimpun, mensosialisasikan serta mengajak lebih banyak pemuda desa untuk mengambil alih asset desa berupa Randuwana itu untuk dikelolah Karang Taruna sebagai sentra kegiatan wisata desa. Dikumpulkannya beberapa pemuda desa dan dilakukannya pertemuan-pertemuan rutin untuk membahas konsep wisata yang hendak dijalankan.

Kali pertama wacana pengembangan desa wisata di Kertosari massif dibicarakan saat itu. Pemerintah Desa dalam hal ini Kepala Desa Kertosari Bapak Waluyo Utomo juga sangat mendukung rencana tersebut. Para pemuda di Karang Taruna sekaligus Kepala Desa Kertosari memiliki semangat, visi-misi dan tujuan yang sama. Meskipun belum sepenuhnya mendapat apresiasi dari warga Kertosari sendiri. Karena mayoritas warga belum memahami betul terkait konsep desa wisata.

Dari pertemuan satu ke pertemuan lainnya akhirnya Rafting atau Arung Jeram dijadikan prioritas layanan wisata saat itu. Karena dari pemetaan potensi desa salah satunya menghasilkan pemanfaatan aliran air terjun Coban Baung yang sudah cukup terkenal. Ditopang dengan kondisi sungai yang alami dan pemandangan yang eksotis, Coban Baung merupakan daya tarik tersendiri bagi keberadaan Desa Kertosari sebagai destinasi wisata.

Dalam forum diskusi ini juga dibahas tentang strategi promosi desa wisata. Karena, bagaimanapun juga sebuah wisata akan mengalami perkembangan yang cukup pesat jika dibarengi dengan pemasaran yang menarik dan massif. Masih menurut Bung Ayik, Karang Taruna selaku pengelola DWK dengan membentuk sebuah menajamen tersendiri memiliki inisiatif yang luar biasa dalam hal promosi Desa Wisata Kertosari.

Berawal dari promosi dengan sebatas artikel yang ditulis di blog pribadi. Dan didukung dengan berbagai kegiatan (event) yang mampu mendatangkan banyak orang hingga promosi offline berupa sebar brosul, kartu nama dan lain sebagainya. Desa Wisata Kertosari perlahan dikenal oleh berbagai orang dari berbagai kalangan juga daerah. Strategi pemasaran atau promosi seperti ini, dikatakan cukup ampuh menarik wisawatan, menurut Bung Ayik hal ini terlihat dari meningkatnya pengunjung terutama dari luar daerah.

Dalam perjalanannya, konflik dan kondisi pasang surut semangat penggerak wisata tentu dialami dalam pengembangan Desa Wisata Kertosari. Terutama dalam hal pengelolaan maupun terbatasnya penggerak yang mau fokus dan serius untuk mengelola desa wisata serta keterbatasan pengetahuan warga tentang konsep pengembangan desa wisata. Hingga sekitar 2013 sampai 2014 kondisi tersebut telah mampu menghentikan sejenak kegiatan wisata desa.

Berbagai kendala di atas tentu tidak menjadi alasan Bung Ayik dan pengelola lainnya di karang taruna patah semangat dalam pengembangan desa wisata. Hal tersebut tersebut malah menjadi tentangan tersendiri bagi Bung Ayik dan lainnya. Tahun 2015, mereka mulai melihat dengan lebih cermat lagi beragam potensi yang ada di Desa Kertosari, bukan sekedar potensi alamnya melainkan potensi sumber daya manusianya. Karang Taruna mengajak lebih banyak lagi personal, lembaga dan komunitas desa untuk bergabung. Menambah wawasan pengelola tentang menejemen dan pengembangan wisata serta mulai menawarkan potensi desa wisata pada pemerintah Kabupaten Pasuruan.

Rafting dan outbound serta camping menjadi andalan kegiatan wisata setelah sempat vakum tersebut. Hingga pada September 2017, Manjemen DWK menginisiasi konsep launching Desa Wisata Kertosari dengan menghadirkan orang nomor “wahid” di Pasuruan, HM. Irsyad Yusuf. Konsep launching sendiri dengan serangkaian kirab budaya, ancak dan beragam kesenian desa. Saat itu, sekaligus ditandatangani prasasti Peresmian Desa Wisata Kertosari oleh Bupati . Setelah launching tersebut, manjemen DWK kian serius dalam mengembangkan beragam kegiatan dan destinasi wisata. Potensi kerajinan batik, edukasi lingkungan, outbond dan rafting mulai dijadikan satu paket wisata lengkap di Desa Wisata Kertosari. Ditopang dengan peran Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam hal penyediaan paket makan bagi peserta atau pengunjung DWK.

Inovasi atau terobosan terus dilakukan untuk menguatkan keberadaan dan keberlangsungan DWK. Beragam event digelar hampir tiap bulan. Selain itu disiapkan pula even-even tahunan seperti, festival durian yang digelar sejak 2016 hingga 2018, gowes wisata, jurnalistik lingkungan dan lain sebagainya.

Sejak 2018, manajemen DWK menginisiasi keberadaan Kampung Tematik. Salah satunya adalah Kambung Buah Tin yang berada di Dusun Kertosari, pintu masuk ke Randuwana dari Jalan Raya Surabaya Malang. Sebagai lokasi pengembangan tanaman buah tin, Kampung Buah Tin juga menghadirkan edukasi serta serta oleh-oleh khas Kertosari. Tahun 2018 Kampung Buah Tin mendapatkan penghargaan juara I untuk Lomba Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) tingkat Kecamatan Purworsari. Dan tahun 2019 sebagai juara II tingkat Kabupaten Pasuruan.

Diakhir sesi diskusi, Bung ayik memberikan catatan penting menyoal pembangunan dan pengembangan desa wisata. Pertama yakni pengetahuan lebih matang tentang potensi desa yang akan dikembangkan. Potensi desa yang menarik dan tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain. Menurut Bung Ayik, bicara tentang Desa Wisata itu bisa diibaratkan hendak makan‘tumpeng’. Siapa saja yang berhak menikmatinya perlu diajak sinergi untuk saling mempersiapkan dan menghidangkannya.

Kedua, yakni tentang pengetahuan yang cukup terhadap strategi pengembangan dan pengelolaan desa wisata. Pengetahuan ini tentu agar wisata yang dibangun bisa dikelola dengan maksimal dan tidak mandek di tengah jalan. Ketiga, yang tidak kalah penting yakni dalam pengembangan potensi desa wisata, pengelolaan sanitasi (sampah) harus selesai dari awal. Dan di Desa Wisata Kertosari meskipun baru permulaan, namun bank sampah sudah terbentuk.

Keempat, tentang partisipasi penuh dari masyarakat setempat. Bukan hanya dari pihak pengelola (manajemen) saja. Karena jika itu yang terjadi bisa disebut itu hanya sebatas wisata desa, bukan desa wisata. (ans)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Categories