Jum’at 28 Pebruari 2014
Siang itu puluhan pemuda dan mahsiswa berbondong-bondong mendatangi kantor STAPA Center. Kedatangan mereka bukan tanpa tujuan. Mereka hadir untuk mengikuti kegiatan bedah film yang diadakan oleh STAPA Center dan KGSKR (Komunitas Gitu Saja Kok Repot). Pada kesempatan tersebut film berjudul Agora diputar sebagai film yang dibedah. Film berdurasi sekitar 2 jam tersebut dengan serius ditonton oleh peserta dan mampu membuat mereka takbergeser dari tempat duduk.
Seusai film ditonton bersama, Jauharul Lutfi Koordinator KGSKR tampil memberikan apresiasinya terhadap film Agora.” Satu hal yang perlu kita garis bawahi dari film ini adalah, bahwa seringkali darah dan kekejian terjadi berawal dari sebuah khotbah keagamaan dari mimbar yang suci”. Ujar lutfi mencoba memancing tanggapan peserta bedah film. Cerita yang digambarkan dalam film ini memang mengisahkan kejadian nyata tentang konflik antara penganut agama kristen dengan penganut agama yahudi dan penyembah berhala sebagai simbol dewa-dewa. Kejadian ini terjadi di kota Alexandria pada akhir abad IV sesudah Masehi. Ketiga penganut agama yang berbeda tersebut saling melakukan tindakan kekerasan hingga banyak memakan korban yang disiksa bahkan hingga kehilangan nyawa.
Makhfud, salah seorang peserta menyampaikan pandangannya” Film ini cukup baik mengingatkan kepada kita bahwa toleransi itu sangat penting, karena ummat agama apapun memiliki potensi yang sama untuk melakukan tindakan kekerasan, ketika kepercayaan atas agamnya tersebut diikuti dengan fanatisme yang berlebihan. Pada kondisi semacam ini yang dapat menetralisirkannya adalah pandangan toleran. Dengan toleransi dan Pluralisme tidak berarti kita sudah menganggap agama dan keyakinan orang lain benar apalagi berpindah agama.
Rochim peserta yang lain mengatakan” dari film ini kita dapat melihat bagaimana peran agama filsafat dan ilmu pengetahuan”. Rochim menambahkan “ ada peran yang sama antara agama, filsafat dan ilmu pengetahuan, ketiga hal tersebut digunakan untuk menyingkap berbagai hal yang menjadi misteri dalam kehidupan manusia. Sebelum manusia berfilsafat, beragama dan berilmu pengetahuan kehidupan manusia diliputi dengan berbagai mitos yang diyakini merupakan jawaban dari berbagai misteri kehidupan manusia. Namun mitos-mitos tersebut cenderung hilang seiring berkembangnya filsafat, agama dan ilmu pengetahuan”. Permasalahan timbul kemudian karena seringkali muncul kecenderungan untuk merasa paling benar atau klaim kebenaran yang ada pada diri manusia. Ironisnya tidak jarang kliam kebenaran ini diikuti dengan sikap menyalahkan keyakinan orang lain, hingga berujung konflik dan pertumpahan darah hingga saat ini hal semacam ini masih saja terjadi.
Beberapa peserta lainnya menyampaikan tanggapannya dengan antusias salah satunya adalah tanggapan yang disampaikan oleh Najib mengahiri sesi diskusi. Najib mengungkapkan bahwa dalam film tadi tidak ada peran yang efektif dari pemerintah dalam hal ini Pemerintah kota Alexandria. Ketika terjadi penyerangan terhadap kaum Yahudi yang dilakukan oleh kaum Nasrani Pemerintah Kota Alexandria terkesan melakukan pembiaran hingga menyebabkan jatuhnya banyak korban. Kejadian ini mengingatkan saya pada penyerangan jama’ah Ahmadiyah di Cikesik dan Jama’ah Syi’ah Sampang yang hingga saat ini tidak boleh kembali ke kampung halamannya. Pada 2 kasus tersebut ada kesan negara melakukan pembiaran dan pada prespektif HAM hal ini masuk katagori pelanggaran HAM by Omission. Pelanggaran by omission terjadi ketika Negara seharusnya secara aktif melakukan kewajibannya untuk memenuhi dan melindungi HAM, tetapi pada kenyataannya Negara bersikap pasif dan melakukan pembiaran sehingga terjadi pelanggaran HAM.
Arofah dari STAPA Center menyampaikan, bahwa bedah film ini merupakan agenda rutin Diskusi Jum’atan yang diselenggarakan oleh STAPA Center. Selain bedah film dalam diskusi jum’atan ini STAPA Center juga mengisinya dengan bedah buku dan diskusi tematik. Terkait dengan dipilihnya film Agora ini arofah mengatakan” film ini kami pilih karena didalamnya termuat banyak pesan yang menurut kami sangat sarat nilai-nilai positif, terutama nilai kemanusian toleransi dan Hak asasi manusia”. Arofah menmbahkan”Nilai-nilai positif ini menurut kami saat ini menghadapi ancaman dari berkembangnya kekerasan dengan motif agama dan keyakinan yang frekuensinya cenderung meningkat di negara kita”.
You may also like
-
Tiga Desa di Kabupaten Pasuruan Ikuti Pelatihan Media Promosi Desa Wisata
-
Hadapi Persoalan Dinamika Desa Wisata, Sampoerna Untuk Indonesia Sasar Pegiat Desa Wisata Dalam Temu Wicara
-
JAMBORE Pokdarwis Kabupaten Pasuruan 2021
-
BENGKEL REMAJA: Pendekatan pada Pekerja Anak di Area Pertanian Tembakau di Jember
-
Yayasan Stapa Center Bantu APD Lengkap ke Pemprov Jatim
Topical Propecia Side Effects Hair Loss Treatment https://apcialisle.com/# – Cialis Cialis Tadalafil Contraindicaciones Cialis Cialis 10 Mg Bestellen
Cialis Effet Duree https://abcialisnews.com/# – Cialis For Sale Free Shipping Generic Bentyl Tablets Cialis Evitra En Ligne